Rabu, 20 Maret 2013

:D




PRAY, STUDY and WORK

                      (renungan 1 Oktober 2012)



Saya sering melihat dan mengamati para pekerja bangunan di depan seminari. Saya sering duduk-duduk sendiri di lantai 2 setiap malam sesudah doa malam. Hal yang menarik dari para pekerja itu adalah usaha kerja keras para pekerja yang mencoba untuk menyelesaikan gedung yang akan menjadi universtas WM. Para pekerja itu melakukan tugasnya sesuai fungsi. Mereka ada yang mengelas, membuat kerangka bangunan, memberi perintah, dan ada yang sebagai pengemudi alat angkut berat. Mereka melakukan pekerjaan berat itu sampai larut malam bahkan sampai pagi, meskipun mereka mempunyai waktu tugasnya masing-masing.
Beberapa pertanyaan kemudian muncul dalam pikiranku. Mengapa mereka mau bekerja sebagai kuli bangunan? Bukankah pekerjaan sebagai kuli bangunan mempunyai resiko besar? Apakah tidak ada pekerjaan lain selain kuli bangunan? Toh setelah mereka membangun gedung itu mereka tidak akan menikmati hasilnya. Kemudian, muncul juga beberapa jawaban singkat dalam pikiranku yaitu mereka bekerja sebagai pekerja kasar karena mereka terdesak kebutuhan ekonomi dan daripada nganggur kerja saja (perkiraan jawabanku).
Beberapa pertanyaan di atas juga dapat aku kenakan pada diriku sendiri khususnya untuk apa aku belajar berbagai macam ilmu di seminari ini? Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada hal yang menarik bagiku dari kegiatan para pekerja bangunan yaitu semangat kerja kerasnya. Aku melihat diriku sendiri bahwa aku belum punya semangat kerja keras. Kecenderungan alasan jawabanku yang kuat adalah aku belum mempunyai semangat kerja keras karena aku sering terbuai dengan fasilitas yang lebih dari mencukupi di seminari. Aku hidup dalam kemapamanan yang melemahkan daya juangku. Hal ini bukan berarti aku menolak semua fasilitas yang ada, tapi lebih-lebih karena aku terlalu lengah dengan fasilitas yang ada.
Kesadaran bahwa untuk apa aku belajar merupakan sebuah pecut untuk aku berjuang. Tujuanku belajar semua ilmu di seminari ini adalah untuk melayani umat. Fasilitas dan ilmu-ilmu yang ada membantuku menambah bekal baik secara kognitif dan afeksi. Aku harus peka dengan keadaan sekitar dan berjuang mengerasi diriku sendiri untuk tujuan yang lebih tinggi yaitu pelayanan kepada umat Allah. Maka, ada semacam semboyan yang menarik dari sebuah perusahaan kontraktor. Jika perusahaan kontraktor mempunyai semboyan ”tiada hari tanpa cor”, maka untuk diriku sendiri adalah ”tiada hari tanpa belajar, bekerja dan berdoa