PRAY, STUDY
and WORK
(renungan 1 Oktober 2012)
Saya sering melihat dan mengamati
para pekerja bangunan di depan seminari. Saya sering duduk-duduk sendiri di
lantai 2 setiap malam sesudah doa malam. Hal yang menarik dari para pekerja itu
adalah usaha kerja keras para pekerja yang mencoba untuk menyelesaikan gedung
yang akan menjadi universtas WM. Para pekerja itu melakukan tugasnya sesuai
fungsi. Mereka ada yang mengelas, membuat kerangka bangunan, memberi perintah,
dan ada yang sebagai pengemudi alat angkut berat. Mereka melakukan pekerjaan
berat itu sampai larut malam bahkan sampai pagi, meskipun mereka mempunyai
waktu tugasnya masing-masing.
Beberapa pertanyaan kemudian
muncul dalam pikiranku. Mengapa mereka mau bekerja sebagai kuli bangunan? Bukankah
pekerjaan sebagai kuli bangunan mempunyai resiko besar? Apakah tidak ada
pekerjaan lain selain kuli bangunan? Toh setelah mereka membangun gedung itu
mereka tidak akan menikmati hasilnya. Kemudian, muncul juga beberapa jawaban
singkat dalam pikiranku yaitu mereka bekerja sebagai pekerja kasar karena
mereka terdesak kebutuhan ekonomi dan daripada nganggur kerja saja (perkiraan
jawabanku).
Beberapa pertanyaan di atas
juga dapat aku kenakan pada diriku sendiri khususnya untuk apa aku belajar berbagai
macam ilmu di seminari ini? Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada hal yang
menarik bagiku dari kegiatan para pekerja bangunan yaitu semangat kerja
kerasnya. Aku melihat diriku sendiri bahwa aku belum punya semangat kerja
keras. Kecenderungan alasan jawabanku yang kuat adalah aku belum mempunyai semangat
kerja keras karena aku sering terbuai dengan fasilitas yang lebih dari
mencukupi di seminari. Aku hidup dalam kemapamanan yang melemahkan daya juangku.
Hal ini bukan berarti aku menolak semua fasilitas yang ada, tapi lebih-lebih
karena aku terlalu lengah dengan fasilitas yang ada.
Kesadaran bahwa untuk apa aku
belajar merupakan sebuah pecut untuk aku berjuang. Tujuanku belajar semua ilmu di seminari ini adalah
untuk melayani umat. Fasilitas dan ilmu-ilmu yang ada membantuku menambah bekal
baik secara kognitif dan afeksi. Aku harus peka dengan keadaan sekitar dan
berjuang mengerasi diriku sendiri untuk tujuan yang lebih tinggi yaitu
pelayanan kepada umat Allah. Maka, ada semacam semboyan yang menarik dari sebuah perusahaan kontraktor.
Jika perusahaan kontraktor mempunyai semboyan ”tiada hari tanpa cor”, maka
untuk diriku sendiri adalah ”tiada hari
tanpa belajar, bekerja dan berdoa”